Kamis, 06 Juli 2017

PEMIKIRAN MENURUT ARIS TOTELES

ARISTOTELES (384-322 SM) Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia menulis berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi. Bersama dengan Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi seorang di antara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat. Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk wilayah Makedonia tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles bergabung menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia. Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM. Filsafat Aristoteles berkembang pada waktu ia memimpin Lyceum, yang mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang metafisika, fisika, etika, politik, kedokteran dan ilmu alam. Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam. Plato menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, sedangkan Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Selanjutnya ia menyatakan bahwa bentuk materi yang sempurna, murni atau bentuk akhir, adalah apa yang dinyatakannya sebagai theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan. Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking). Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki. Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti fisika, astronomi, biologi, psikologi, metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi. Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 – 1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 – 1198). Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau "the master of those who know", sebagaimana yang kemudian dikatakan oleh Dante Alighieri. Teori Pengetahuan – rasionalisme. - Mengembangakn logika sebagai metode ilmu pengetahuan. - Berbeda dengan Plato, Aristoteles menganggap bahwa objek ilmu pengetahuan bukanlah dunia ide tetapi ”hubungan antara dunia ide dengan fenomena yang akan membentuk satu ilmu pengetahuan konseptual (rasional) yang mampu menjelaskan apa yang dirasa. - Aristoteles menggabungkan antara rasionalisme ilmiah Democitus dngan rasionalisme ontologis Plato – materialisme dengan idealisme. Ide-ide dan bentuk semata-mata hanya terdapat pada benda. - Logika menjadi makna dari hubungan yang umum (ide) atau sesuatu kepada yang khusus/ partikular (fenomena) yang ada dalam persepsi. - Tugas sains adalah memamerkan (mendemonstrasikan) pentingnya logika dengan pandangan (persepsi) yang lebih khusus mengikuti pandangan (konseptual) secara umum. - Mekanisme deduksi adalah silogisme, di mana dua proposisi diasumsikan benar dan yang ketiga sebagai kesimpulan. - Deduksi dapat menunjukkan prinsip-prinsip umum dalam partikular tetapi tidak membentuk prinsip-prinsip umum itu sendiri atau pengetahuan baru. - Aristoteles menggambarkan prinsip-prinsip umum dari partikular melalui induksi atau investigasi. - Investigasi dalam pemikiran aristoteles berproses dari partikular dalam persepsi... kepada umum yang di mana partikular dapat dibuktikan dan dijelaskan. - Aristoteles menghubungkan konsep investigasi – prinsip pertama – kepada realitas sebagai penyebab dari partikular. - Berbeda dengan sains kontemporer, sains Aristoteles memandang kepada yang umum atau penyebab metafisik dari sesuatu. - Induksi kontemporer non-Aristotelian hanya sampai pada kemungkinan ketimbang kepada prinsip-prinsip umum tertentu secara kebetulan; lebih bersifat pasti (certainity) ketimbang kemungkinan yang memberikan karakteristik pada sains Aristoteles dan teori ilmu pengetahuan. Teori realitas – teologi, Aristotelian, vitalisme. - Realitas adalah apa yang terbentang dalam fenomena; termasuk di dalamnya materi dan bentuk (form). - Materi adalah unsur yang membentuk sesuatu. - Bentuk adalah yang menyusun atau mengatur materi. - Materi dan bentuk tidak dapat dipisahkan; di mana ada bentuk, di situ ada materi kecuali pada penyebab pertama – penggerak yang tak digerakkan – yang merupakan bentuk yang transeden. - Materi dan dan bentuk mencakup substansi; misalnya, sesnsi manusia adalah bentuk; aspek fisik dan psikologisnya merupakan materi. - Substansi (misalnya manusia) memiliki sifat-sifat atau keuniversalan, misalnya merah. - Keuniversalan hanya terdapat pada benda tertentu, berbeda dengan Plato. - Terdapat sepuluh kategori realitas, di mana substansi merupakan yang paling utama karena disematkan pada subjek dan tidak ada pada subjek itu; hanya substansilah yang disebut subjek; semua kategori yang lain; seperti kualitas dan kuantitas, mesti disematkan pada substansi. - Kategori-kategori tidak hanya menunjuk pada pemikiran dan bahasa tetapi juga pada realitas. - Materi dan bentuk saling terkait, seperti kayu rongsokan adalah bentuk dari kayu tetapi materi untuk rumah. - Materi memiliki potensi menjadi bentuk. - Bentuk adalah aktualisasi; biji adalah aktualisasi itu sendiri tetapi merupakan pontensial untuk menjadi pohon. - Aktualisasi atau proses menjadi merupakan hasil dari sebab. Sebab atau faktor pengubah adalah (1) material – keterbatasan materi; (2) formal (bentukan) – pola bentuk yang dibutuhkan; (3) efisien – daya yang menghasilkan perubahan; dan (4) final – akhir atau tujuan dari aktualisasi. Penyebab terakhir dari semua realitas adalah tak berubah, penggerak tak tergerak, dan murni sebagai bentuk. - Realitas bersifat abadi tetapi teleologis karena disebabkan potensialitas membutuhkan aktualitas dalam kecenderungan aktualisasi bentuk murni (nalar). Teori pikiran (jiwa dan etika) – fungsionalisme, eudemonisme. - Pikiran (jiwa) merupakan aktualisasi utama dari tubuh fisik yang dilengkapi kehidupan dan dalam hal ini ia adalah penglihatan yang ada pada mata. - Intelesi tubuh adalah sifat inheren dari tubuh. - Pikiran adalah yang menggerakkan tubuh menuju realisasi diri. - Kebijakan tertinggi adalah aktivitas yang diarahkan kepada realisasi diri dalam arti kegiatan aktif atau murni nalar. - Pencapaian realisasi diri menghasilkan eudemonia (kebaikan).

0 komentar:

Posting Komentar

 
PSI114 - Filsafat Manusia 1039-Mulyo Wiharto Seksi 10 Blogger Template by Ipietoon Blogger Template